LAMPUNG, DNT News – Baru-baru ini di Jakarta, saya mengikuti sebuah diskusi tentang Kawasan Danau Toba (KDT) dan permasalahannya yang diselingi dengan menonton rekaman video dan melihat dokumen lainnya yang menggambarkan permasalahan lingkungan dan gejolak sosial yang pernah terjadi di KDT dari masa ke masa. Dalam diskusi tersebut saya dimintai pendapat oleh moderator.
Hal ini dikatakan Dr Tuntun Sinaga MHum, Dosen Tetap Universitas Lampung (UNILA) yang mengampu mata kuliah Pemahaman Lintas Budaya (Cross Culture Understanding) untuk Program S1 dan Kajian Multikultural untuk Program S2, dalam surat elektroniknya ke dalihannatolunews.com, terkait membangun kekuatan baru dan sinergis terhadap permasalahan KDT.
“Saya menanggapi dengan mengatakan pentingnya membangun sebuah kekuatan baru dan sinergis yang melibatkan berbagai elemen agar permasalahan KDT tidak terkesan sekedar pengulangan isu dengan kemasan berbeda. Permasalahan KDT perlu dilihat dan diatasi secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek politik, ekonomi, dan budaya,” katanya.
Menurutnya, permasalahan dan tantangan KDT yang menonjol hingga kini masih berkisar tentang lingkungan alam dan kesadaran lingkungan masyarakat serta dampak lingkungan yang berubah karena proyek modernitas dan perilaku. Misalnya membuang sampah sembarangan oleh sebagian masyarakat yang kurang sadar lingkungan.



Dr Tuntun Sinaga MHum anggota Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung ini menyampaikan bahwa membangun sebuah kekuatan baru yang sinergis dengan pendekatan komprehensif harus melibatkan berbagai elemen dan sumberdaya masyarakat (adat, budaya, LSM) dan komunitas peduli Danau Toba lainnya dengan latar belakang keilmuan (kepakaran) dalam memotret dan memberi solusi terhadap permasalahan kompleks masyarakat dan alam lingkungan di KDT.
“Mengapa saya katakan kekuatan baru atau katakanlah sebuah energi baru? Saya ingin menghindari pengulangan isu atau sekedar kemasan ulang tentang berbagai bentuk kepedulian tentang KDT. Kita tahu bahwa permasalahan KDT yang terkait dengan isu lingkungan, pencemaran, keramba jaring apung (KJA), penggundulan hutan, kemiskinan telah lama menjadi perhatian dan kepedulian banyak pihak dari berbagai komunitas,” ujarnya.

Edisi 153/Februari 2020

Edisi 153 Februari 2020
Akhir-akhir ini, setelah kunjungan Presiden Jokowi dan dorongan pemerintah untuk menjadikan KDT sebagai destinasi wisata kelas dunia muncul juga komunitas-komunitas yang peduli. Misalnya, wacana “Pariwisata Danau Toba Mendunia”. Dengan realitas permasalahan KDT, menurut saya adalah perlunya komunikasi antara lembaga, organisasi, dan berbagai sumber daya yang peduli KDT untuk membangun sebuah kekuatan baru yang sinergis dan dialogis.
Pada akhir suratnya, Dr Tuntun Sinaga MHum yang juga aktif dalam kegiatan organisasi sosial budaya dan profesi ini menambahkan bahwa program pariwisata ini mensyaratkan kesiapan (rekayasa) budaya masyarakat, pembangunan infrasturktur, dan penataan lingkungan kondusif. “Permasalahan KDT harus dilihat dari berbagai perspektif dan melibatkan berbagai elemen terkait seperti pemerintah, pengusaha, masyarakat, dan berbagai organisasi sosial,” tegasnya.
Dalam hal ini dibutuhkan kemauan dan kemampuan semua elemen untuk berkomunikasi dan membangun persepsi yang sama dalam melihat berbagai variable yang menghambat pemecahan masalah di lapangan. Diperlukan sebuah terobosan baru untuk menyatukan persepsi di antara berbagai elemen yang yang peduli KDT dan selanjutnya bergerak secara silmultan dan sinergis.
“Masing-masing harus membuka diri dan menyadari bahwa permasalahan KDT tidak bisa diselesaikan dengan jalan sendiri-sendiri. Penyelesaian masalah yang berkepanjangan dan kompleks tentang KDT harus didekati secara komprehensif dan sistemik dalam arti melibatkan aspek politik, ekonomi, dan budaya serta partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, pemerintah, pengusaha, dan lainnya,” pungkasnya. (MAR)
Untuk menunjang dan meningkatkan KDT menjadi kelas wisata Internasional Pemerintah segoyanya mendirikan Sekolah Tinggi Parawisata di KDT guna anak Bangsa secara khusus Putra daerah Tapanuli dapat ambil alih dan berperan membangun KDT lebih baik dan berkwalitas.