JAKARTA, DNT News – Setelah dua dasawarsa krisis ekonomi dahsyat melanda Indonesia agaknya sudah mulai banyak dilupakan orang. Ini bisa dimaklumi karena generasi baru pelaku ekonomi tak hendak larut dalam trauma masa lalu. Cukuplah krisis besar yang meluluhlantakkan dunia usaha ini menjadi pelajaran berharga agar tidak terperosok di lubang krisis yang sama.
Hal inilah yang diangkat Sahala Panggabean MBA, Presiden Komisaris Nasari Group, dalam buku yang ditulisnya berjudul “KOPERASI INDONESIA PENYELAMAT EKONOMI BANGSA” sub-judul “KSP Nasari Anak Kandung Reformasi Lahir Untuk Peduli”.
Penulisan buku ini menjadi sebuah cermin untuk membangun sebuah usaha berbadan hukum koperasi di tengah krisis ekonomi yang mendera Indonesia di tahun 1998 yang mungkin bukan sebuah pilihan bijak. Apalagi citra koperasi kala itu tengah turun ke titik nadir seiring lengsernya rezim orde baru.
Namun dengan perhitungan matang, penulis berani mengambil pilihan tak populer, bukan sekedar hitungan pasar yang matang apalagi berorientasi profit. Lebih dari itu, ia memang ingin berbagi dalam menanggulangi krisis ekonomi yang akut itu. Maka berdirilah Koperasi Simpan Pinjam NASARI pada 31 Agustus 1998.
Selama 20 tahun berselang prediksi itu benar. Koperasi dengan segmen anggota dari kalangan purnabhakti PNS, TNI, dan Polri mampu eksis di jajaran koperasi besar di Indonesia. Sebaran anggotanya bukan hanya di Semarang, tempat koperasi ini berkantor pusat, tetapi juga merambah di 40 kota besar di 21 provinsi di tanah air.



Buku “KOPERASI INDONESIA PENYELAMAT EKONOMI BANGSA” berisikan 7 bab. Diluncurkan Menteri Koperasi dan UKM RI Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, pada Syukuran 20 Tahun KSP Nasari & Group, Kamis 06 September 2018 malam, di Gedung SMESCO UMKM, Jakarta Selatan.
Bab I: Pendahuluan. Bab II: Koperasi Indonesia Mencari Dataran Berpijak. Bab III: KSP Nasari Anak Kandung Reformasi Lahir Untuk Peduli. Bab IV: Bersatulah Atau Tetap Kerdil Selamanya. Bab V: Dekopin Mewujudkan Koperasi Sebagai Pilar Negara. Bab VI: Belajar dari Kesuksesan Koperasi Dunia. Bab VII: Penutup Berjayalah Koperasi Indonesia.

Edisi 136/September 2018

Edisi 136/September 2018
Sahala Panggabean MBA seolah tak pernah ingin berhenti. Tidak hanya membesarkan NASARI, tetapi juga mimpinya tentang sebuah kerjasama antar koperasi yang besar dan kuat dengan jaringan usaha solid. Itu sebabnya ia menggagas lahirnya komunitas koperasi dengan nama Asosiasi Koperasi Simpan Pinjam Indonesia (Askopindo).
Melalui asosiasi ini ia berharap koperasi bisa bersama-sama melawan dan menghadapi ketidakadilan ekonomi yang masih merajalela di negeri ini. Kontribusi pemikirannya yang strategis adalah bahwa ia ingin menempatkan koperasi sebagai pelaku ekonomi terdepan di Indonesia. Karenanya koperasi harus besar, sehat, menguasai teknologi, kokoh dan bisa dipercaya.
Kehadiran buku ini menggambarkan perkoperasian Indonesia secara menyeluruh yang dapat memperkaya khasanah dan dapat menjadi inspirasi bagi gerakan koperasi. Lewat pemikiran penulis, pembaca juga diingatkan kembali bahwa perjuangan menjadikan koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia masih panjang, berliku, dan tidak mudah. (HTS)
Dalihan na Tolu adalah tolak ukur pemersatu Batak